Quantcast
Channel: Informasi Banten dan Dunia Pendidikan
Viewing all articles
Browse latest Browse all 69

(BAGUS) Menyayangi Orang Tua Ketika Kita Masih Diberi Kesempatan

$
0
0

cium kaki ibumu#Catatan Harian Seorang Anak

 

Adalah suatu nikmat yang harus disyukuri ketika seorang anak mempunyai kedekatan batin serta kedekatan jarak dengan orang tuanya,sehingga sang anak mempunyai kesempatan untuk mengulurkan tangan dan membaktikan diri kepada orang tuanya secara leluasa.

Saat berkutat dengan kesibukan kantor pada siang di hari Jumat 09 Maret 2012 telepon seluler saya berdering. Kebetulan saat itu saya akan melakukan panggilan keluar dengan menggunakan telepon kantor. Setelah saya tengok di telepon seluler, terlihat “ Bapak” memanggil. Segera saya letakkan gagang telepon kantor, dan membatalkan melakukan panggilan keluar. Kemudian saya terima panggilan Bapak di telpon seluler, tentunya dengan perasaan berdebar , tanda tanya , mengapa Bapak menelepon di siang hari kerja. Hal yang tidak biasa.

”Rik, Hari ini apakah kamu pulang awal” tanya Bapak di ujung telepon.
Tidak langsung menjawab, saya pun balik bertanya,” Ada apa Pak ?”

‘’Kalau bisa pulang awal, tolong antar bapak ke rumah sakit, karena kuku di jempol kaki bapak sepertinya harus di operasi cabut – kuku di dokter bedah,” jawab Bapak.

Sebelum menimpali permintaan bapak, di relung hati saya ketika itu terselip perasaan gembira yang tak terkira. Karena saatnya begitu tepat , saya mempunyai waktu luang ketika bapak membutuhkan saya. Pekerjaan di kantor hari itu memang memungkinkan saya untuk pulang awal. Tidak jarang saya pulang jam 9-12 malam, pada hari sibuk Senin-Kamis.

Ini jarang terjadi. Terkadang kesibukan pekerjaan yang mengharuskan kerja lembur, tidak memungkinkan saya untuk membantu serta mengulurkan tangan memenuhi permintaan orang orang terdekat, anak , istri, orang tua, dan mertua.

Dalam beberapa momen ketika orang tua minta untuk diantarkan ke suatu tempat, terkadang saya hanya memberikan kunci mobil dan minta adik saya agar bapak/ibu diantar, karena saya masih harus menyelesaikan pekerjaan. Kebetulan adik saya adalah anak bapak satu-satunya yang berwiraswasta,sehingga tidak terikat dengan jam kerja kantoran.

Menjawab pertanyaan bapak, dengan mantap saya berkata,” Ok pak, nanti jam 4 sore, saya akan antar bapak ke rumah sakit, saya bisa pulang awal,”.

Bapak bukanlah tipe orang tua yang sering ngrecokin anak dengan tetek bengek urusannya. Bagi bapak, ketika anak sudah beranjak dewasa atau sudah berkeluarga, mereka mempunya ruang kepentingannya sendiri. Orang tua seharusnya mandiri mengurusi kepentingannya sendiri tanpa harus membebani anak dengan kerepotannya. Bapak Jauh dari prinsip Tanam – Petik, membesarkan anak agar suatu saat di hari tua,orang tua memetik hasil dari kebaikan anak.

Bagi Bapak, adalah kewajiban orang tua untuk memberi anak.Walaupun kadang dengan mengorbankan kesenangannya sendiri, adalah suatu kebahagian ketika orang tua memberi kepada anak.

Meminta bantuan kepada anak adalah jalan terakhir yang akan bapak pilih ketika semua usaha sudah tertutup.

Terkadang untuk sekedar berobat atau kontrol ke dokter, dengan sepeda motornya bapak berangkat sendiri ke Klinik yang berjarak 25 km dari rumah. Sebagai pensiunan pegawai BUMN, bapak memanfaatkan fasilitas kesehatan dari Klinik Yayasan Kesehatan di perusahaan tempat dulunya bapak bekerja.

Kali ini pun benar. Karena kakinya sakit maka beliau tidak bisa berangkat sendiri, sehingga menelepon saya untuk mengantar. Seandainya kakinya tidak sakit, bapak tidak akan meminta saya untuk mengantar, saya yakin itu.

Hari itu saya benar-benar berbahagia karena Allah memberi saya kesempatan untuk melayani Bapak. Saya menikmati dengan khidmat penggalan setiap momen. Mulai dari menjemput bapak, membukakan pintu mobil,merapikan jok mobil tempat beliau akan duduk, menemaninya berbincang bincang sambil menunggu giliran operasi cabut kuku, memapahnya ke kursi roda setelah selesai operasi, membentangkan payung di atas kepala beliau ketika hujan.

Yang tergambar di benak saya ketika itu adalah syukur yang tiada tara.

Bahagia karena saya ada pada saat orang tua butuh uluran tangan. Kebetulan rumah saya dan rumah orang tua hanya berjarak 10 km.

 

Melintas di dalam ruang memori, kasih sayang bapak ketika saya masih kecil. Seolah menjelma lagi di dalam ingatan ketika dulu bapak mengantar saya sekolah di taman kanak-kanak, meletakkan kedua tangannya di atas pinggang saya, mengangkat saya turun dari tangki motor RX 100 tahun 81. Dan bapak pun berlalu berangkat ke tempat kerja,dengan suara motor yang masih terdengar ketika saya masuk ke kelas.

Pun masih teringat, di awal tahun 1980-an, ketika aku berusia 5 tahun , Bapak , dengan motor CB tahun 70 ,mengajakku pergi dari tempat tinggalku di Kecamatan Baturetno menuju Kota Wonogiri , Jawa Tengah, yang berjarak 30 km. Kami pun menonton film barat di gedung bioskop karena saat itu di kecamatan tempat kami tinggal, tidak ada gedung Bioskop.

Terkenang juga, ketika bapak dengan caranya sendiri pernah mengajari saya bahwa mimpi bisa menjadi kenyataan.

Cerita ini tergambar lagi dalam ingatan. Ketika itu bapak marah besar oleh kenakalan saya di masa SD, entah apa, saya lupa. Kemarahannya memuncak sehingga cengkraman tangannya menyesakkan tubuh, kata -kata dan tendangan kakinya melukai perasaan.

 

Setelah bapak marah dan menendang saya, yang tersisa ketika itu adalah kekecewaan dan sakit hati. Karena lelah menangis, dan tidak ada yang memperhatikan, saya pun tertidur di kursi.

Namun apa yang saya dapati ketika saya bangun di pagi harinya. Saya terbangun bukan dikursi namun sudah berpindah ke tempat tidur. Sejenak setelah itu tersadar bahwa di tangan kanan saya telah terpasang Jam Tangan baru. Jam tangan itu adalah jam tangan yang saya inginkan dan saya pernah minta dibelikan beberapa bulan yang lalu. Namun belum dibelikan karena bapak tidak mampu membelinya.

 

Itulah Mimpi Menjadi Kenyataan. Bagaimana mungkin, barang yang pernah saya inginkan namun akhirnya saya lupakan, tiba tiba sudah berada di tangan kanan saya ketika saya bangun tidur.

Memang beberapa bulan sebelumnya ketika diajak bapak mengantar ibu berbelanja ke pasar , saya pernah bermain di depan etalase toko jam, dan merengek ke bapak minta dibelikan. Harganya mungkin terlalu mahal untuk gaji bapak ketika itu.

Sehingga setiap kali mengantar ibu pergi ke pasar, bapak selalu menghindar lewat toko jam itu karena takut saya merengek lagi , sedangkan beliau tidak mampu membelikan.

Dan pagi ketika terbangun dari tidur,ketika jam tangan yang saya inginkan terpasang di pergelangan tangan kananku, seolah seperti ilusi yang tidak nyata. Ketika sadar bahwa itu nyata, saya pun menghampiri bapak dan mengucapkan terima kasih.

Hilang musnah lah luka batin karena cengkraman tangan, marah besar, kata kata emosional, dan tendangan menyakitkan. Yang ada hanyalah kebanggaan dan rasa cinta bahwa bapakku seorang pahlawan yang mewujudkan mimpi anaknya. Bapak memang punya cara yang unik dalam mendidik anak, kekerasan menegakkan aturan pada suatu titik harus diimbangi dengan kelenturan dan kelembutan pada titik yang lain.

 

Momen momen ketika saya bisa membantu mengulurkan tangan untuk orang tua pada hari Jumat kemarin akan saya kenang. Saat yang membahagiakan ketika saya masih diberi kesempatan untuk membahagiakan orang tua. Rasanya gembira ketika mendengar bapak mengucapkan terima kasih, saat saya berpamitan pulang sambil mencium tangan kanannnya.

Mempunyai kesempatan mengulurkan tangan untuk orang tua, yang jaraknya dekat, dalam kondisi hubungan harmonis yang terjaga baik patut saya syukuri.

Banyak orang yang tidak mempunyai kesempatan mengulurkan kebahagiaan kepada orang tuanya karena orang tuanya sudah meninggal. Yang demikian ini semoga arwah orang tua yang sudah meninggal itu,mendapatkan tempat di sisi-Nya, teriring doa serta kebaikan budi anaknya yang masih hidup.

Ada juga yang karena sesuatu hal, hubungan ayah adan anak retak dan kurang harmonis. Semoga kedua belah pihak, ayah dan anak dibukakan pintu hatinya untuk menjalin keharmonisan seperti masa-masa yang lalu.

 

Pun ada anak yang silaturahmi dengan orang tua terhambat karena pasangan hidupnya lah yang membuatnya jauh. Semoga orang tua dan menantunya kembali terjalin keselarasan karena Allah mengangkat kerak-kerak hati diantara keduanya.

Banyak juga anak yang mempunyai kedekatan batin tetapi terpisah jauh dari orang tuanya, sehingga yang ada hanya rasa rindu dan kiriman doa.

Mungkin saya adalah orang yang beruntung memiliki orang tua yang tinggal dekat dengan rumah saya. Keinginan untuk membaktikan diri kepada orang tua dijembatani oleh kedekatan jarak.Selain kedekatan jarak, Allah juga memberikan nikmat bahwa saya dan orang tua juga memiliki kedekatan batin. Hubungan kami sekeluarga dengan orang tua saya pun harmonis dan terjaga baik.



Viewing all articles
Browse latest Browse all 69

Trending Articles